BAB I
PENDAHULUAN
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu
dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya
itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang
kreatif ,kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi
juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara.
Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan
keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan
efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran
kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran,
sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran.
Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya
pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh
masih sangat langkanya literature yang membahas secara menyeluruh dan terinci
mengenai kreativitas, bakat, dan upaya – upaya pengembangannya khususnya
di sekolah dasar.
Untuk memupuk bakat anak dan mengembangkan
kreativitas anak perlu pastisipasi orang tua murid.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
sesuatu yang baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau
sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di sini tidak hanya bentuk
suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna, detail.
, Adapun pengertian kretivitas yang
populer sebagai berikut:
a.
Kreativitas adalah sebagai suatu proses
untuk menghasilkan yang baru, apakah itu berupa gagasan atau benda dalam bentuk
atau rangkaian yang menghasilkan. Penekanan pada tindakan menghasilkan
ketimbang pada hasil akhir dari tindakan tersebut.
b.
Kreativitas adalah sebagian kreasi sesuatu
yang baru dan orsinil secara kebetulan, dengan terdapatnya bukti yang nyata
dari hasil pekerjaan yang dilakukan. Jadi kreativitas mempunyai tujuan yang mungkin
tidak lebih dari kesenangan langsung yang diperolehnya.
c.
Kreativitas adalah apa saja yang
diciptakan selalu baru dan berbeda dari apa yang telah ada serta bentuknya
unik, hal ini hanya benar sebagian karena untuk menciptakan hal yang baru masih
perlu konsep yang lama.
d.
Kreativitas adalah proses mental yang
unik, sesuatu yang semata-mata untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda
dengan orisinil yang mencakup pemikiran spesifik disebut Guilford
"pemikiran berbeda dan pemikiran bebas (convergent thinking) yang
mengikuti jalur konvergensi dimana pemikiran menggunakan informasi yang
tersedia untuk sampai pada kesimpulan dan mengarah kepada jawaban benar".
e.
Kreativitas adalah orang yang mempunyai IQ
tinggi atau cerdas jenius yang diistilahkan orang awam kreatifitas. Tetapi
buktinya hanya sedikit yang mampu berjalan seimbang.
f.
Kreativitas adalah sepercik kejeniusan
yang diwariskan pada sesorang dan tidak ada kaitannya dengan belajar atau
lingkungan yang menentukan, bahwa kreativitaas merupakan sarana konsep
memerlukan pengetahuan yang diterima sebelum dapat menggunakannya.
g.
Kreativitas adalah imajinasi dan fantasi
yang merupakan bentuk permainan mental menuju suatu hasil yang orisinil.
h.
Kreativitas adalah konsep penurut dan
pencipta yang menyatakan gagasan orisinil, titik pandang yang berbeda atau cara
baru menangani masalah yang dihadapinya.
i.
Kreativitas adalah spontanitas yang timbul
dari dalam dan dilakukan secara reflek (yang menghasilkan sesuatu).
j.
Pengertian kreativitas secara psikologis
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia
dapat berupa kegiatan yang imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya
bukan hanya perangkuman. Ia mungkin mencakupi pembentukan pola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pengcangkokan
hubungan lama ke situasi baru dan mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus
mempunyai maksud atau tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun
merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk
seni, kesusasteraan, produk ilmiah atau mungkin bersifat prosedural atau
metodelogis
Di samping itu pemikiran berbeda namun
masih dapat diterangkan dengan penalaran atau logika juga disebut Kreativitas.
Ide-ide yang cemerlang atau kecerdasan yang tinggi disebut juga sebagai
kreativitas. Kreativitas sifatnya bawaan namun berkembangnya butuh adanya
kesempatan dari lingkungan atau butuh pengetahuan yang banyak tentang segala
hal dari lingkungan. Kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur,
komperehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil sehingga
inovatif dari pada sekedar reproduktif. Kreativitas adalah lawan dari tingkah
laku “conformitas”.
B.
Teori Kreatifitas
Teori yang melandasi pengembangan
kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a.
Teori
Psikoanalisis
b.
Teori
Humanistik
c.
Teori
Cziksentmihalyi
1. Teori Psikoanalisis
Pribadi
kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi
dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Teori
ini terdiri dari:
a.
Teori
Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence
mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan
menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab
utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadi
sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
Macam mekanisme pertahanan:
- Represi -
regresi
- Konpensasi -
Proyeksi
- Sublimasi -
Pembentukan reaksi
- Rasionalisasi -
Pemindahan
- Identifikasi -
Kompartementalisasi
- Introjeksi
b.
Teori
Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan
regresi seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori
ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak
sadar. Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bias “seperti anak”
dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain”
mengenai masala-masalah serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka m
ampu malihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka
melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The Survive of The Ego)
c.
Teori
Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran
kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas
tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni
dan karya-karya baru lainnya.
2. Teori Humanistik
Teori Humanistik melikat kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori
Humanistik meliputi:
a.
Teori
Maslow
Abraham Maslow
(1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang
menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
·
Kebutuhan
fisik/biologis
·
Kebutuhan
akan rasa aman
·
Kebutuhan
akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
·
Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
·
Kebutuhan
aktualisasi / perwujudan diri
·
Kebutuhan
estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi
diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses
perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan
dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan
ilham (flash of insight)
b.
Teori
Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang
kreatif, yaitu:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
2. Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang
(internal locus of evaluation)
3.
Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan
konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis
sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan
karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi
tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk kreasi.
3. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah
Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system
sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada
lebih mudah menjadi pemusik.
a.
Minat pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
b. Akses
terhadap suatu bidang
c. Access
to a field
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat +
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang
terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang
yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orang-orang
penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang
luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk
melakukan apa yang perlu untuk mencapau tujuannya.
2.
Ciri-ciri Kepribadian Kreatif menurut Csikszentmihalyi
Csikszentmihalyi mengemukakan 10 pasang cirri-ciri kepribadian kreatif
yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis.
a.
Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang
memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi
mereka juga bias tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b.
Pribadi kretaif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama
mereka juga naïf. Mereka nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi
kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan
dalam ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu
berfikir konvergen sekaligus divergen.
c.
Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap
bermain dan disiplin.
d.
Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan
fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e.
Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari
kekinian tanpa kehilangan sentuhan masa lalu.
f.
Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi
maupun ekstroversi.
g.
Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan
karyanya pada saat yang sama
h.
Pribadi kreatif
menunjukkan lecenderungan androgini psikoogis, yaitu mereka dapat
melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin)
i.
Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang (passionate)
bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karya mereka.
j.
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering
menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama
ia merasa gembira yang luar biasa.
C.
Teori-teori Tentang Press
Kreativitas agar dapat terwujud
diperlukan dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari
lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.
Motivasi
Intrinsik dari Kreativitas
Setiap
individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya, mewujudkan
dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan
ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk
hubungan-hubungan baru denganlingkungannya dalam upaya manjadi dirinya
sepenuhnya. (Rogers dan Vernon
1982)
b.
Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kretaivitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi
harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan kokdisi yang memupuk
dan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya. Bagaimana cara menciptakan lingkungan eksternal yang dapat memupuk
dorongan dalam diri anak (internal) untuk mengembangkan kreativitasnya?
Menurut pengalaman Carl Rogers dalam psikoterapi adalah
dengan menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis.
1.
Keamanan
psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling berhubungan:
§ Menerima individu sebagaimana adanya
dengan segala kelabihan dan keterbatasannya.
§ Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada
/ tidak mengandung efek mengancam. Evaluasi selalu mengandung efek mengancam
yang menimbulkan kebutuhan akan pertahanan ego.
§ Memberikan pengertian secara empatis.
Dapat menghayati perasaan-perasaan anak, pemikiran-pemikirannya, dapat melihat
dari sudut pandang anak dan dapat menenrimanya, dapat memberikan rasa aman.
2.
Kebebasan psikologis
Apabila guru mengijinkan atau memberi kebebasan kepada anak untuk
mengekspresikan secara simbolis (melalui sajak atau gambar) pikiran atau
perasaannya. Ini berarti mmebrei kebebasan dalam berfikir atau merasa apa yang
ada dalam dirinya.
D.
Teori Tentang Proses Kreative
Wallas
dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4
tahap :
1.
Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah
dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,
bertanya kepada orang lain.
- Tahap
Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu
melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan
masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra
sadar.
- Tahap
Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha
Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
- Tahap
Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru
tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses
konvergensi (pemikiran kritis).
E.
Pengembangan Kreativitas
- Dengan berkreasi, orang dapat
mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan
pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999) kreativitas
juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam
perwujudan dirinya.
- Kreativitas sebagai kemampuan untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah,
merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir
linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban
paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas yang
menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk
melatih anak berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality),
menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang
merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi,
2001).
- Bersibuk diri secara kreatif tidak
hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
- Kreativitaslah yang memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya kreativitas
siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran
yang dapat mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut diantaranya
meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis
masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang
menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran
melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran
(Ratnaningsih, 2003). Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah
kehidupan sehari-hari (kontekstual).
F.
Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas
Setiap orang pada
dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya
secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam
pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Pengembangan kreatifitas dengan
pendekatan 4 P
1.
Pribadi,
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan
individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah
diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.
2.
Pendorong,
Untuk mewujudkan bakat kreatif
siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal)
yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan
dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan
sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam
lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang
tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak
mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan
memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun
menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang
ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi
pengembangan kreativitas.
3.
Proses,
Untuk mengembangkan kreativitas siswa,
ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya
dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan
kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses
bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut
dihasilkan produk kreatif yang bermakna.
4.
Produk,
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan
produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh
mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa
pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada
yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini
akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
G. Tantangan dan
Hambatan dalam Berpikir
Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang tidak tampak
langsung secara kasat mata. Kreativitas seringkali terbelenggu oleh pola
berpikir yang kaku dan terikat pada kaidah-kaidah baku atau alur sebab akibat
secara konvensional. Disatu pihak, pola berpikir demikian dapat memudahkan
penentuan keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain, namun di
lain pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan selanjutnya membatasi
berkembangnya kreativitas, sehingga inovasi sulit diperoleh.
Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam
proses berpikir kreatif, di antaranya adalah:
- Ragu-ragu dan
tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide karena dihantui perasaan takut
salah, hawatir idenya akan dilecehkan orang lain, dan takut dikucilkan
dari lingkungan;
- Sangat
terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku, sehingga
memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan
belum tentu akan menjadi lebih baik;
- Kondisi
lingkungan yang bersifat status quo sehingga
cenderung akan menolak perubahan;
- Proses
berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain.
Lingkungan dan budaya tradisional
seringkali menjadi penghambat utama bagi lahirnya kreativitas. Misalnya:
kurangnya wawasan dan penguasaan pengetahuan yang terbatas, tradisi turun
temurun yang mengajarkan bahwa seorang anak harus selalu patuh akan menghambat
kreativitas berpikir anak, pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi
kesempatan kepada anak buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan
atas ide kreatif yang dimunculkan akan mematikan semangat orang untuk menemukan
terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup
lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure) dari pihak lain
dapat membuyarkan gagasan-gagasan baru.
Proses berpikir kreatif akan menghasilkan
ide-ide kreatif, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi model baru dalam
menyelesaikan berbagai pekerjaan atau memecahkan permasalahan. Namun demikian,
ternyata tidaklah mudah untuk memunculkan ide sebagai penyaluran hasil berpikir
kreatif tersebut. Hal ini membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan gagasan
baru, yang kemungkinan berbeda dari keyakinan dan kebiasaan masyarakat.
Sehubungan dengan hal itu, guru mempunyai kewajiban untuk mengangkat kesadaran
siswa akan pentingnya penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan motivasi untuk
berani menampilkan kompetensinya.
Di antara sekian banyak kompetensi
yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menganalisis masalah. Hal ini tentu
saja harus diawali oleh kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif. Sehubungan dengan tuntutan di atas, maka harus diawali oleh semangat
dan motivasi guru untuk mengembangkan kreativitasnya, baik menyangkut perluasan
wawasan pengetahuan dan substansi keilmuan, maupun dalam hal memilih dan
menetapkan strategi pembelajaran yang dapat mendorong kreativitas siswanya.
Namun, guru tidak boleh mengesampingkan pemahamannya terhadap konsep-konsep
dasar dalam pembelajaran.
H.
Tahapan Proses Berpikir Kreatif
Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769)
ada empat tahap dalam proses berpikir kreatif, yaitu: tahap persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap persiapan dilakukan kajian awal
untuk mendalami fokus masalah yang dihadapi, kemudian dicari berbagai informasi
dari berbagai sumber sebagai bahan melakukan evaluasi atas rancangan analisis
yang telah disiapkan. Apabila masih dipandang perlu, kemudian dicari informasi
tambahan untuk melengkapi bahan analisis.
Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi
dan cooling down sambil mencari informasi pelengkap. Seringkali ide
cemerlang akan muncul pada tahap ini, yaitu ketika merenungkan kembali hasil
kajian yang terkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi.
Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari
tahap inkubasi, yaitu dengan munculnya gagasan cerdas untuk mengatasi
persoalan. Selanjutnya pada tahap verifikasi, gagasan-gagasan yang diperoleh
melalui proses berpikir kreatif kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta
kebermaknaannya.
Veitzal Rivai dkk (2008: 769-776)
menjelaskan tentang lima teknik berpikir kreatif, yaitu: merangsang ide,
mendaftar sifat, hubungan yang dipaksakan, sumbang saran, dan prinsip berselang
seling.
Berdasarkan pandangan Veitzal Rivai
di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut.
1.
Merangsang ide (idea
spurring) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan bantuan
daftar pertanyaan yang dapat merangsang terciptanya ide baru. Serangkaian
pertanyaan pemicu munculnya ide (gagasan) dari Alex F. Osborn dalam Veitzal
Rivai terdiri dari: Substitute?, Combine?, Adapt?, Magnify?, Modify?, Put to
Other Use?, Eliminate?, Reverse?
2.
Mendaftar sifat (attribute
listing) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan
elemen-elemen sifat dari suatu hal yang bersifat tangible (nyata).
3.
Hubungan yang dipaksakan (forced
relationship) yaitu teknik berpikir yang merangsang kreativitas atas
dasar asosiasi bebas yang dipaksakan. Misal dengan memaksanakan untuk memadukan
dua atau lebih gagasan lama yang independen.
4.
Sumbang saran (brain
storming) yaitu dengan mendapatkan banyak ide dari sekelompok orang
yang diperoleh dalam waktu singkat.
5.
Prinsip berselang seling sebagai teknik
berpikir kreatif sesungguhnya merupakan paduan teknik yang dilakukan secara
bergantian, yaitu: (1) Menghasilkan-Menilai Gagasan, (2) Usaha
Individu-Kelompok, (3) Bekerja-Beristirahat, (4) Usaha Terpusat-Meluas, dan (5)
Mengubah Sudut Pandang.
I.
Pengembangan Kreativitas Dalam
Pembelajaran
Peran guru sebagai brain
power menjadi motor penggerak untuk melahirkan karya-karya kreatif anak
bangsa. Kini sudah saatnya guru menjadi pelopor dan pengembang kreativitas
siswa melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan
kemampuan kreatif.
Kreativitas tidak akan muncul secara
instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif
awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong
oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit.
Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan
tingginya skill yang dimiliki guru, apabila tidak disertai kemampuan
transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan
gurunya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogic menjadi sangat penting
bagi seorang guru.
Pengembangan kreativitas dalam proses
pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
- Menyadari
adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera dicari
pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki sebuah
imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat;
- Mengidentifikasi
akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk imajinasi;
- Mencari
berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-ide baru
dalam upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan di atas;
- Merumuskan
berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau jarang
dilakukan orang lain;
- Menilai
setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat
menemukan alternatif terbaik;
- Mengembangkan
alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.
Dengan bergulirnya reformasi pendidikan
telah memberi angin segar bagi perubahan paradigma pembelajaran. Kegiatan
belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan
keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan
intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai
investasi sumberdaya manusia, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
menyongsong masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran
mengandung dua aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar. Hasil
pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara sistematis
untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai learner maupun guru
sebagai teacher. Keharmonisan interaksi di antara
keduanya akan membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada
saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya secara kreatif.
Kehadiran guru professional yang kreatif akan memicu lahirnya inovasi proses
dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.
J.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuhnya
Kreativitas
Kreativitas tidak saja bergantung kepada
potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedasan mekanisme mental yang
menjadi sasaran untuk mengungkapkan sifat bawaan. Mekanisme bawaan ini
dihasilkan oleh suatu tipe adaptasi awal. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi
disini adalah:
a.
Dorongan, terlepas dari seberapa jauh
potensi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif
dan bebas dari menentukan masa depannya sendiri.
b.
Sarana, harus disediakan untuk meransang
melakukan eksprimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dalam
kreativitas.
c.
Lingkungan yang merangsang. Lingkungan
keluarga dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberi bimbingan dan dorongan
untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan
sedini mungkin agar menjadikan remaja yang kreatif.
d.
Kesemapatan, untuk memperoleh pengetahuan
agar dapat berkembang pikiran yang positif.
e.
Dari segi waktu, untuk menjadi kreatif
harus diberi waktu dalam mengembangkan gagasan-gagasan yang ada pada remaja
tersebut.
K.
Usaha-usaha Orang Tua dan Guru
Mengembangkan Kreativitas
Dalam mengembangkan kreativitas ini guru
sangat diharapkan peran yang aktif untuk memberikan pemahaman pada remaja yang
menjadi peserta didiknya. Usaha-usaha guru adalah:
a.
Membantu anak/peserta didik untuk memahami
latar belakang mereka, pengalaman mereka dan kebiasaan perilaku. Pada cara ini
diizinkan masing-masing pribadi untuk mengembangkan potensi dirinya.
b.
Guru dan orang tua dapat menciptakan
suasana untuk mendorong pemikiran kreatif dengan menghilangkan halangan luar
dari kreativitas. Sensitifitas pada problem ditingkatkan, metode untuk membahas
membebaskan imajinasi dapat dikembangkan dan sarana sistematis untuk
mengevaluasi ide-ide dapat diajarkan pula.
c.
Anak/peserta didik diberi kesempatan untuk
mempraktekkan pemikiran kreatif dalam suasana yang terkendali dan terkontrol.
d.
Cara-cara mengembangkan imajinasi
anak/peserta didik dengan memberikan masalah-masalah yang dapat meningkatkan
inteligensi remaja untuk membuahkan ide-ide yang baik, kriteria yang berbeda
pada keunikan dan kegunaan.
e.
Guru dan orang tua harus memberikan cara
instruksi yang semantik didalam menerapkan imajinasi yang dapat menghasilkan
pengembangan potensi yang ada pada diri remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Untuk mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antara
guru dan anak dalam prose belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya
peran orang tua anak tersebut. Kreativitas anak juga akan berkembang dengan
hadirnya guru professional yang kreatif sebagai pemicu lahirnya inovasi proses
dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.
B. Saran
1.
Para tenaga pendidik,khususnya guru
hendaknya terus mempelajari dan menerapkan berbagai model dan strategi
pembelajaran agar kreativitas anak meningkat.
2.
Untuk mentransformasi dibutuhkan guru yang
mempunyai kemampuan pedagogic yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
v M.M Sutopo,
Tjetjep.2005.”Pengembangan Kreativitas Anak”.Bandung:Depdiknas.
v S.pd,Trihardiyanti.2005.”Perekembangan
Aktivitas Anak Melalui Pembelajaran Bermasalah”Melalui (http://binatalenta.com)
v Basuki, Heru.
2006. “pengembangan
kreativitas” melalui, http://www.heru.staff.gunadarma .ac.id
v Winkel, W. S.
2004. “Psikologi Pengajaran” . Yogyakarta: Media Abadi
bandar togel
BalasHapusAyo segera
Agen TOGEL 4DPOIN,Online Terpercaya.
Minimal Deposit Dan Withdraw 20.000
Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
★ Pin BBM : D1A279B6
★Pin BBM : 7B83E334
★Whatsapp : +85598291698
★Skype : Poin.4D
★Line : +85598291698