BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Bab ini akan menjelaskan tentang corak berfikir kefilsafatan yang terjadi
pada awal kelahirannya di yunani. Kajian pada bab ini, dilihat dari
periodesasinya, terjadi pada filosof awal seperti Thales, Anaximandros, Anaximenes,
Herakleitos, dan berbagai filosof yang
berkembang sebelum Socrates, Plato, dan Aristoteles. Dilihat dari sisi tempat
berkembang pemikirannya, filosof awal ini banyak mengembangkan pemikirannya di
Miletos, Ephesos, dan Elea . Sedangkan Secrates
dan murid-muridnya mengembangkan corak berfikir kefilsafatan di Athena.
Cirri berfikir kefilsafatan yang terjadi di era ini, titik tekannya lebih
terasa pada dimensi alam. Sehingga sebagaian ahli filasafat abad modern, sering
menyebut bahwa filsafat di awal kelahirannya, cenderung dan hanya berlandaskan
pada aspek-aspek alamiah.
B.
Rumusan masalah
a. Bagaimana peranan alam dalam kajian
filsafat awal ?
b. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Corak
Pemikiran Filsafat Alam ?
c. Bagaimana Dampak pemikiran filosof alam
terhadap perkembangan filsafat era
sesudahnya ?
C.
Tujuan
a.
Mahasiswa dapat mengetahui alam dalam kajian filsafat
awal
b.
Mahasiswa dapat mengetahui Dampak pemikiran filosof
alam terhadap perkembangan filsafat era
sesudahnya
c.
Mahasiswa dapat mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Corak Pemikiran Filsafat Alam
d.
Untuk memenuhi tugas matakuliah filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
- Alam Dalam
Kajian Filsafat Awal
Miletos adalah kota
kecil yang terdapat di Yunani Kuno. Kota
ini telah menjadi saksi bisu lahirnya tokoh-tokoh pertama dalam bidang filsafat
bukan saja bangsa Yunani, tetapi juga bangsalain di Dunia. Dikota ini, menurut
K, Berten (1997:3) lahir tokoh yang bernama Theles. Tokoh ini diberi gelar
sebagai Filosof pertama yang ada di dunia. Hampir semua corak berfikir kefilsafatan
awal, merujuk kepada tokoh yang satu ini, disebut oleh Berten, tokoh ini tidak
pernah menuliskan hasil pemikirannya. Hannya saja, dua pengikutnya yang bernama
Anaximandros dan Anaximenes, besusah payah menterjemahkan dan menuliskannya
dalam berbagai buku. Namun disayangkan buku-buku yang disusun oleh dua tokoh
ini kemudian hilang dan tidak dapat diketahui dimana rimbanya.
Pokok pikiran yang menarik dari ketiga tokoh ini adalah, perhatian mereka
yang demikian besar terhadap alam dan berbagai yang terjadi di alam. Mereka
merasa tertarik oleh perubahan yang demikian teratur dan berlangsung secara terus menerus yang terjadi
pada alam. Mereka mecari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal secara
metafisis dibelakang atau dibalik perubahan-perubahan yang tidak pernah
berhenti pada alam tetapi ketika memberi jawaban atas apa yang
dipertanyakannya, ketiga filosof itu memberikan jawaban yang berbeda. Thales
menyubut Air adalah asas pertama. Anaximandros menyubut asas tak terbatas (to
apeiron). Sedangkan Aniximenes menyebut
udara (K. Berten, 1997:9).
Anggapan tahales menyebut Air sebagi asas utama didasarkan atas asumsi
bahwa segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Aniximandros
menyebut to apeiron (tidak terbatas) sebagai asas utama kehidupan. Asas itu
berasas illahi, abadi, dan tidak terubakan. Alasan penolakan Anaximandros
terhadap gurunya, didasrkan atas asumsi bahwa prinsip-prinsi itu sama dengan
salah satu unsur, seperti misalnya Air, maka air menjadi tidak terhingga.
Karena anasir air menjadi prinsip tak terhingga, maka unsure berlawanan dari
air, seperti api, kemudian akan terkalahkan olehnya. Ia hanya tidak puas dari
sisi ini, ia mencari sesuatu yang lebih mendalam, yang tidak dapat diamati.
Anaximandros memandang bahwa udara melahirkan semua benda yang terdapat
pada alam melalui proses pemadatan dan pengenceran (condensation and
rarefaction). Semakin bertambah kepadatan udara, maka muncullah berturut-turut
angin, air, tanah, dan akirnya batu. Sebaliknya, apabila udara itu menjadi encer, maka akan timbul api, (K.
Bertens 1992:30-31). Penempatan udara sebagai asas yang utama, menurut I.R.
Poejawijatna (1980:21) didasrkan atas pemikiran bahwa udara meliputi seluruh
alam, serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di
perlukan oleh nafasnya.
Seabad kemudian, di Epheos
kota perbatasan dengan Miletos, lahir seorang tokoh fenomenal. Tokoh itu
bernama Herakleitos. Ia meluncurkan sebuah kalimat yang terkenal sampai hari
ini dengan menyebut panta rhei (semuanya
mengair). Ia mengibaratkan kehidupan seperti air sungai yang tidak pernah lelah
untuk senantiasa mengalir. Dalam dunia jsmani, menurutnya tidak ada yang
sempurna. Semua mengalami perubahan dan berada dalam proses menjadi. Berbeda
dengan tiga filosof diatas, Herakleitos menyangkal, bahwa asas utama kehidupan
ini adalah api. Api dianggapnya sebagai asas utama yang menjadi dasar dari
sesuatu yang ada. Api adalah lambing perubahan, melalui api, kayu bakar dapat
diubah menjadi arang atau abu.
Di titik inilah K. Berten (1992:44-45)
beranggapan bahwa ia tidak menunjukan api, seperti air dan udara yang dianggap
filosof sebelumnya, sebagai asas utama.
Herakleitos hanya ingin menunjukan bahwa api adalah lambing perubahan, dan
bukan perubahan itu sendiri. Sebab bagi herakleitos, tidak ada sesuatu yang
tetap dan mantap, termasuk api. Ia hanya menganggap bahwa yang sama adalah
hidup dan mati, muda dan tua. Manusia ada dan manusia tidak ada.
Ia sama dengan anaximandros
yang menganggap bahwa ada kondisi yang selalu diametral dan selalu terjadi
perbedaan dalam berbagai kejadian alam. Tetapi, ia berbeda dengan anaximandros
dalam menyikapi adanya perbedaan dan pertentangan dimaksud. Adanya bedaan
diametral misalnya antara hujan dan panas, atau siang dan malam, bagi
anaximandros adalah bentuk ketidakadilan. Ketidak adilan dimaksud lebih
disebabkan karena yang satu pasti akan mengalahkan yang lainnya. Kemtian akan
mengalahkan kehidupan, malam akan mengalahkan siang, dan seterusnya. Bagi
Herakleitos, musim panas bukan musuh musim dingin, sebab musim panas maupun
musim dingin mempunyai arti yang spesifik.
Corak pemikiran Herakleitos mulai terlihat sangat realistis ketika ia
menyebut bahwa ada yang tidak bisa disentuh oleh indra itu tidak benar. Yang
benar-benar ada menurutnya adalah sesuatu yang dapat di uji coba melalui proses
indrawi. Budi, menurutnya tidak mungkin mencapai kebenaran. Corak pemikiran
Herakleitis ini, dikemudian hari akan mempengaruhi pemikiran Aristoteles yang
menyebut gurunya, Plato, memiliki logical
eror ketika gurunya dimaksud menganggap ada realitas dibalik yang
fenomenal. Realitas tersebut bersifat abadi, tetap, dan tidak berubah. Ia
dibalik yang nampak dan tidak terwujud.
M.j Langeveld (tt:132) menyebutkan bahwa mwtafisika adalah kajian yang
membicarakan tentang teori keadaan. Ia megutip pendapat Nicolai Hartmann yang
mengartikan metafisika sebagai:
1.
Tempat khusus yang diperuntukan bagai objek-objek
transenden. Daerah-daerah spekulatip bagi tanggapan-tanggapan tentang Tuhan,
kebebasan dan jiwa.
2.
Metafisika dapat diartikan sebagai pangkalan bagi
system-sistem spekulatif, teori-teori dan tanggapan dunia.
Dalam bahasa yang sederhana I.R Poejawijatna (1980:19) menyebutkan bahwa
tokoh-tokoh kunci dalam bidang filsafat yang ada di Miletos ini telah berubah
mencari intisari alam melalui pemikiran belaka dengan didasarkan atas
kepercayaan. Oleh karena itu, kata kunci yang juga penting untuk disebutkan
disini adalah pemikiran mereka sangat kuat berlandaskan kepada siklus alam dan
menempatkan aspek metafisik dibalik alam yang dinamik dan senantias berubah ini
pada symbol-simbol alamiah, seperti terlihat pada nama-nama dewa.
Bertens yang menyatakan bahwa hasil
olah fakir kefilsafatan yang dilakukan oleh filosof awal di yunani,
sebagai “filsafat alam”. Asumsi ini
didasrkan atas tiga argument. Ketiga argument dimaksud adalah:
1.
Alam semesta diaanggap sebagai keseluruhan yang
bersatu. Akibatnya, alam harus diterangkan dengan menggunkan satu prinsif saja,
meskipun mereka sebagaimana telah dijelaskan dimuka titak memperoleh
kesepakatan tentang asal mula atau asas
pertama dalam kehidupan.
2.
alam dianggap dikuasai oleh satu hukum, kejadian yang
terjadi pada alam dengan sifat dan sistemnya yang teratur, bukan merupakan
kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi ada semacam keharusan dibelakang
kejadian-kejadian. Akibat dari corak berfikir yang dimiliki, maka.
3.
alam dianggap sebagi kosmos (dunia) yang teratur.
Corak yunani awal yang berlandas pada alam ini, jika dicoba
dikomparasikan dengan pemikiran keagamaan hindu dan budha, yang kehadirannya
sudah jauh lebih lama dibandingkan dengan kehadiran filosof awal yunani yakni
sekitar tahun 2000-1000 sebelum masehi, terlihat adanya warisan pemikiran dari
dua agama ini terhadap pemikirannya. Menurut I.RPoejawijatna (1980:47) ada data
otentik yang sifatnya tertulis dimana kitab Veda telah menujukna bahwa bangsa
arya disekitar Punjab, India ini, telah
memberi warisan penting dalam pemikiran kefilsafatan yunani khususnya pada
filsafat alam. Ada titik temu pemikiran diantara
cara dan system kefilsafatan yunani dengan corak keagamaan hindu dan budha di Punjab , India
beberapa ribu tahun sebelum mereka lahir.
Veda telah menunjukan bahwa dialam ini terdapat bermacam-macam dewa,
diantara dewa-dewa itu adalah dewa matahari (surya), dewa api (agni), dewa
angina (Vayu), dan dewa perusak (rudra), selain dewa-dewa itu, masih terdapat
dewa lain yang justru lebih berkuasa dibandingkan dengan dewa-dewa diatas,
dewa-dewa itu adalah: dewa indra (dewa guntur dan dewa perang)
dan dewa Vishnu yang dianggap sebagai dewa penyelenggara dunia.
Titik temu pemikiran filosofis vedisme dengan corak kefilsafatan yunani
awal terletak pada penempatan dewa yang bercorak alamiah ke dalam symbol-simbol
alam. Kekuatan alam sangat kental melalui symbol-simbol Dewa yang dalam bahasa
sansakerta menunjukan bahwa nama-nama dewa dimaksud sangat identik dengan
kekuatan-kekuatan alam. Kekuatan alam yang dimaksud adalah air, api dan udara
(dalam filsafat awal yunani) dengan air, api, tanah, dan udara (dalam system
ritus dan keagamaan hindu).
Corak kefilsafatan yang bertendensi kealaman ini, mulai dimapankan oleh
tokoh-tokoh kunci lain di yunani. Sebut saja tokoh yang disebut adalah
pitagoras, Parmenides, zeno, melissos, empedokles, archiles, demokritos, dan
Anaxagoras.
Parmenides mengembangkan pemikirannya di ELea, sebuah kota kecil di Italia selatan. Pokok pikiran
penting yang ia telurkan berpusat pada
metafisikan dan teori kebenaran. Menurut K. Bertens (1997:10)
permanindes adalah seorang tokoh filosof pertama yang mengembangkan teori
metafisika. Indikasi penting kenapa dia disebut sebagai filosof pertama yang mengkaji
metafisika adalah keterkaitannya pada kajian tentang yang ada (Being/B.ing).
permenides telah merumuskan sebuah konsep tentang konsep ada. Ia menyebut bahwa
“yang ada, sejauh ada”(being as being, being as such). Ia juga menyebut bahwa
yang ada ada, dan yang tidak ada.
Selain itu, ia juga merumuskan
tentang teori kebenaran. Menurutnya, kebenaran dapat dilangsungkan dengan cara
rendah hati, dapat pula dilakukan dengan cara terror dan paksaan. Untuk membuat
kesimpulan yang benar, Parmenides menurut Ahmad Sadili (1997:54-57) memusatkan
pkirannya pada logika, logika yang ia pakai lebih berorientasi pada dedukasi
logis, sebuah model dari proses penarikan kesimpulan yang menurut Dardiri
(1986:75-76)berangkat dari kasus yang umum kepada kasus perkasus yang sifatnya
khusus.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Corak
Pemikiran Filsafat Alam
1. Kondisi Umum
Corak mikiran
filsafat yang berdimnesi kealam ini, bila di telaah lebih lanjut tampaknya di
pengaruhi oleh kondisi umum manusia di zaman itu yang meminjam istilah William
Chang (2000; 16-19), Manusia di kontrol oleh alam, khususnya menyangkut
sumber-sumber yang di perlukan manusia untuk hidup dan berkembang.
Secara filosofi, pemujaan manusia terhaap alam dapat
pula di pahami ari sifat dan karakter perkembangan pemikiran manusia itu
sendiri. Di sisi dalam perspektif ini, perkembangan pemikiran manusia persis
ibarat pertumbuhan manusia itu sendiri yang hidup dan berkembang sejak ia di
kandung, dilahirkan,dibesarkan hingga ia dewasa, tua, dan bahkan mati.
Nurcholish Madjid menyebutkan bahwa kecendrungan berpikir manusia biasanya
brgerak dari satu yang sifat symbol kemudian perlahan mengalami perkembangan
berpikirnya yang mngara kepada sesuatu yang semi abstrak kemudian menjadi
sangat abstrak.
Nurcholish Madjid menyebut bahwa, nabi-nabi turun
sebelum ibrahim,biasanya menempatkan sesuatu Dzat yang maha luhur biasa itu
kepada simbol-simbol alam.Oleh karna itu, menjadi wajar juga jika al Qur’an
merekam bahwa orang yang kemudian di sebut nabi pertama yang menduduki dirinya
ber-taslim kepada tuhan yang gaib metafisik dan tunggal adalah ibrahim.ia
adalam bapak monoteism dunia dan tokoh utama di balik proses pengabstrakan
tuhan. Ia menjadi peletuk agama tauhid yang metafisik. Ia juga menyebutkan
bahwa rasionalitas dan irasionalitas manusia akan mempengaruhi wancana
ketuhanan. Semakin manusia itu
melakukan oleh pikira rasional, maka ia akan menempatkan tuhan sebagai sosok
yang sangat abstrak. Tapi sebaliknya, jika manusia itu irasional , maka wujud
tuhan pasti akan berbeda dalam eksitensinya yang simbolis.
Penempatan
air, udara, atau api, sebagai asas pertama dalam kehidupan, menjadi wajar
adanya,karma bias jadi, unsure-unsur alam di maksud memang memiliki peran yang
sangat urgan dalam kehidupan.
2. Kondisi khusus yunani
Kondisi masyarakat di dunia yang demikian,juga menjadi
cirri yang dapat dengan mudah di temukan di masyarakat yunani.kelompok
masyarakat ini sering di gambarkan kelompok elite di zamannya.kondisi demikian,
di dukung oleh adanya sesuatu kenyataan bahwa di masyarakat yunani terdapat
ciri-ciri khusus yang mungkin cirri-ciri itu spesifik dan hanya dapat di
yunani.
Ciri-ciri
khusus di maksud,menurut K.Berten
1.
Yunani memiliki banyak mite
2.
Tradisi pengembaraan yang melahirkan persetuhan
kebudayaan yunani khususnya dengan masyarakat Babylonia/mesir dan timur kuno/china
yang secata theknologis sudah jauh lebih mapan di bandingkan dengan masyarakat
lain
3.
Masyarakat yunani memiliki tradisi kritis,khususnya
dalam soal-soal kemasyarakatan dan hubungan kemasyarakatan dengan tuhan.
Mite yang menjadi kata dasar dari mitos, telah menjadi
macam cirri khas yang di miliki bangsa yunani. Yunani memiliki kekayaan mitos
yang sangat luas.Mite dapat menjadi perintis untuk melahirkan filsafat karna ia
dapat menjadi percobaan untuk mengerti,mite dapat menjadi jawaban atas pertayaan-pertayaan
yang timbul dari hati manusia seperti dari mana dunia ini berada. Melalui mite
manusia dapat memberikan jawaban dan memperoleh keterangan tentang asal usul
alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya,Mite
yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat-sifat kejadian dalam alam
di sebut Mite kosmologis.
Tradisi nomadden/penggambaran dan perpindah-pindahan
tempat yang di miliki masyarakat yunani, juga dapat menjadi penentu bagi
lompatan pemikiran masyarakat di Negara ini.Tradisi masyarakat yunani yang
nemadden di akibatkan karna strategisnya daerah ini yang berhadapan dengan
daerah lain. Yunani menjadi daerah traslit yang cukup epektif sekaligus memberi
ruang untuk melakukan kontak pemikiran dengan daerah,kota atau Negara lain,Dalam hal ini yunani
setidaknya memiliki kemudahan akses dengan bangsa babylonia dan timur kuno yang
secara teknologi sudah jauh lebih maju.
Sebagai bukti sain yang melahirkan tehknologi sudah
berkembang pesat di babylonia dan china adalah ditemukan adanya keterangan
bahwa sejak abad ke-5 sebelum masehi, ilmu ukur dan ilmu hitung sudah
berkembang di babylonia.hal ini seperti di sebut oleh K.Berten, pasti
berpengaruh terhadap astronomimeski sangat penuh mitos yang berkembang di
yunani. Hal positif yang di acungi jempol atas tredisi yunani adalah adanya
kemauan sekaligus kemampuan masyarakat yunani dalam mengolah ilmu-ilmu hitung
dan ukur.
Factor apa yang menyebabkan bangsa yunani menyenangi
pengembaraan.
·
Keinginan untuk mencari lahan lain yang di
anggap lebih subur di bandingkan dengan lahan yang ada di yunani bagi mereka
yang hidupnya sangat bergantung pada pertanian,dan keinginan melakukan kontak
perdagangan dengan masyarakat lain di luar kota mereka.
·
Adanya ketidak setujuan sebagian ‘kaum intelektual’
untuk melakukan ‘pelacuran diri’ terhadap berbagai kebijakan pemimpin mereka
yang di anggap dholim terhadap masyarakat.
Kondisi demikian persis terjadi seperti apa yang di
alami oleh Negara timur tengah di era keemasan islam.yunani berdasarkan oleh
fakta yang ke tiga yakni munculnya sikap kritis dari sebagian intlektual secara
praksis kekritiasan mereka di picu oleh symbol pemimpin.sebab mereka di pimpin
oleh manusia yang di anggap sebagai titisan dewa.maka berbagai keputusan
sekalipun merugikan masyarakat harus di terima secara given oleh
masyarakat.terlihat dari pemikiran Bernard Crick ia menyebut bahwa cirri-ciri
kewarganegaraan adalah cita-cita yang besar dan beradab.
Dari kondisi ini juga telah memberi isyarat bahwa
perkembangan ilmu di bangsa yunani berbeda dengan perkembangan ilmu di belahan
atau di bangsa lain. Mereka telah memiliki liberilitas dalam konteks tempat
pengebangannya.jika di babylonia dan china perkembangan ilmu tentu di zaman itu
di control oleh istana dan perkembangan hanya dalam lingkaran istana saja,maka
di yunani ilmu memiliki perkembangan di luar istana ilmu di kembangkan oleh
para intelektual.
- Dampak
pemikiran filosof alam terhadap perkembangan filsafat era sesudahnya
Dampak pemikiran filosofi yang bertendensi kealam ini menjadi penting
untuk di kaji terhadap perkembangan pemikiran filosofi bagi era sesudahnya.
Titik penting perkajian ini dilatari oleh sebuah asumsi bahwa ilmu tidak
mungkin berdiri sendiri dan terlepas dari berbagai rantayan sejarah
sebelumnya.ilmu,pasti merupakan lanjutkan yang tidak henti sebagai akibat dari
sifat manusia yang progresif.sebagai cintoh, dapatkah manusia moderen
memperkirakan bahwa akan lahir bom atom, bom Molotov, sampai pada
senjata-senjata pemusnah masal lainnya.bisa hadir pada hari ini dengan
melpaskan kisah perang manusia kuno yang menggunakan ‘sumpit’ pedang, parang,
dan brbagai alat perang lainnya.lahirnya berbagai bom dan senjata pemusnah
masal di atas pasti lahir dari sebuah proses panjang dan memiliki keterkaitan
histories dengan jenis senjata yang pernahada di era sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Corak mikiran filsafat yang berdimnesi kealam ini, bila di telaah lebih
lanjut tampaknya di pengaruhi oleh kondisi umum manusia di zaman itu yang
meminjam istilah William Chang (2000; 16-19), Manusia di kontrol oleh alam,
khususnya menyangkut sumber-sumber yang di perlukan manusia untuk hidup dan
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar