Rabu, 02 Mei 2012

MODEL PERTEMUAN KELAS KESEHATAN MENTAL MELALUI PROSES KELOMPOK


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis dan tidak memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatr pribadinya.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang bagaimana model-model pertemuan kelas yang meliputi: skenario, orientasi terhadap model, model mengajar pertemuan kelas, aplikasi, dampak intruksional dan penyerta, diskusi.

B.      Rumusan masalah
      a.            Bagaimana Skenario pengajarannya ?
      b.            Bagaimana orientasi terhadap model pembelajarannya ?
       c.            Bagaimana model mengajar pertemuan kelasnya ?
      d.            Bagaimana aplikasiya ?
      e.            Apa dampak intruksional dan penyerta ?
        f.            Bagaimana cara diskusi yang baik dan benar ?

C.      Tujuan makalah
Mahasiswa mengetahui Skenario pembelajaran  dengan baik secara orientasi terhadap model pembelajaran dan model mengajar pertemuan kelas agar mahasiswa dapat mengaplikasikan  model-model pertemuan kelas tersebut.
Adapun dampak dari pengajaran  intruksional tersebut dapat membantu para penyerta nya untuk menggunakan metode diskusi yang baik dan benar




BAB II
PEMBAHASAN

A.     SKENARIO
Sekelompok guru di suatu sekolah menaruh perahtiannya terhadap masalah hubungan antara siswa yang usianya masih muda dengan siswa yang usianya lebih tua jelasnya antara siswa yang masih duduk di kelas rendah dengan siswa yang duduk di kelas lebih tinggi.
Beberapa rencana kegiatan yang akan di lakukan dilaboratorium dikembangkan sedemikian rupa, dan parasiswa diatur untuk melakukan kegiatan dalam berbagai bidang studi.
Tim pengajar tersebut secara teratur mengadakan pertemuan dengan kelompok dalam bentuk pertemuan kelas.Dalam kesempatan ini siswa menyatakan masalahnya, mendiskusikannya, mengidentifikasikan nilai-nilai yang terlibat didalamnya, dan merumuskan kesepakatan untuk mencoba melakukan berbagai tindakan berikutnya.

B.      ORIENTASI TERHADAP MODEL
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis and tidak memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatr pribadinya.
Galsser menerapkan prinsi ini di dalam kelas melalui meknisme pertemuan kelas dalam halmana terjadinya diskusi yang terbuka, tidak judgemental, dan berupa mencari pemecahan masalah secara bersama.

1.      Tujuan dan asumsi
Asumsi pertama dari teori glasser ilah bahwa manusia memiliki dua kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan cinta dan harga diri, dan kedua kebutuhan ini berakar di dalam hubungan manusia itu sendiri dengan manusia lainnya.
Galssera yakin bahwa sejak manusia itu lahir sampai dewasa memiliki kebutuhan untuk mencintai dan di cintai. Seluruh kehidupan,  kesehatan dan kebahagiaan individu beragntung kepada kemampuannya untuk berbuat.
Menurut glasser, kegagalan sekolah bukanlah dalama rtipeampilan akademis tetapi dalam menciptakan hubungan yang hangat da konstruktif untuk keberhasilan belajar. Situasi agagl ini menimbulkan kesunyian diri yang akan diikuti oleh reaksi marah, frustasi dan menarik diri.
Perasaan mencintai dan di cintai aakn menumbuhkan perasaan keberadaan yang berharga pada diri individu. Lebih jauh diungkapkan oleh glasser bahwa untuk mencapai perasaan diri berharga, kita harus memelihara kepuasan berperilaku menurut ukuran tertentu.
Jika kita tidak pernah menilai perilaku kita sendir, kita tidak akan pernah berbua tuntuk memperbaiki perilaku kita yang di bawah patokan, dan dengan sendirinya kita tidak akan dapat memenuhi kebutuhan untuk merasa berharga. Glasser yakin bahwa sesuatu hal yang tidak mungkin mewujudkan identitas tanpa memenuhi kebutuhan akan cinta dan harga diri.
Asumsi kedua dari terapi relitas di refleksikan di dalam kesepakatan berbuat dan mengubah perilaku. Terapi relitas mengajarkan cara-cara yang lebih baik kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan pada saat ini dan masa mendatang.
Dia memandang perlua danya peningkatan kemampuan dan pemuasan kebutuhan dasar individu dengan jalan memabntu individu berbuat:
1. relistik
2. dapat di pertanggungjawabkan
3. dan benar(noramtif)
Tujuan terapi realitas adalah kecakapan memenuhi kesepakatan mengubah perilaku untuk memenuhi kebutuhan emosional akan harag diri, cinta dan identitas.
Kita meningkatkan harga diri melalui disiplin dan keterikatan denagn orang lain dalam pola hubungan cinta.

2.       Konsep pokok
Tiga syarat umum terapi realitas ialah:
1.      adanya keterlibatan pribadi  yang  intensif
2.      menghadapi kenyataan dan menolak perilaku  yang tidak dapat di pertanggungjawabkan.
3.      belajar cara-cara yang lebih baik untuk berperilaku.

Kualitas realitas merupakan suatu tolak ukur penting di dalam menentukan patokan perilaku. Suatu tindakan di katakan realistic atau tidak, dilihat dari segi pertimbangan perbedaan dan konsekwensi yang muncul dari tindakan tersebut. Penilaian perilaku individu  dikaitkan dengan konsekwensinya baik terhadap cirinya maupun orang lain. Tanggungjawab merupakan indicator perilaku yang mampu memenuhi kebutuahan akan harga diri. Bertanggung jawab diartikan noleh glasser sebagai kecakapan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan berbuat sesuatu di dalam cara-cara yang tidak merampas kecakapan oranag lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Glasser mengangap bahwa individu itu harus berbuat di dalam cara yang benar agar memperoleh harga diri.
Keterlibatan, kuncikeberhasialan didalam terapi realitas ialah ketertiban, kasih sayang orang tua, atau keterlibatan pribadi guru. Menurut glasser titik awal keberhasilan di sekoah ialah menerima kekurangan anak, menciptakan hubungan baik dengan orang lain, baik dengan anak  mupun dengan orang tua. Dalam keadaan terisolasi, anak tidak dapat mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan menemukan identitas dirinya. Strategi mengajar yang di dasarkan kepada erapi realitas bertujuan mengurangi kesunyian atau keterisolasian.

3.      Pertemuankelas
Pertemaun kelas merupakan mekanisme glasser untuk mengembangkan kelompok yang dapat menumbuhkan suasana memelihara, disiplin diri sendiri, dan kesepakatan berperilaku. Dalam pertemuan ini terjadi kerjasama antara siswa dan guru yang bersifat terbuka, mendiskusikan masalah-masalah perialku, pribadi maupun akademik tanpa di sertai sikap judgemental. Glasser mambedakan tiga tipe pertemuan.
Tipe pertama ialah: pertemuan pemecahan masalah social yang fokusnya terarah kepada masalah.
Tipe kedua ialah: pertemuan terbuka. Dalam pertemuan ini siswa memikirkan dan mengajukan pertanyaan  yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
Tipe ketiga ialah: pertemuan terarah terbuka yaitu pertemuan yang bersifat terbuka seperti tipe kedua, tetapi terarah kepada apa yang sedang di pelajari di kelas.

Bagaimana strategi pertemuan keals ini bertujuan meredakan kesunyian dan mendorong berkembangnya identitas, di jelaskan oleh glasser bahwa:
Para siswa memerlukan guru yang dapat mendorong mereka mengemabangkan peertimbangan niali terhadap perilakunya dan bukan guru yang berkhotbah atau mendikte dirinya. Para siswa menghendaki guru yang tidak akan memaafkan kekeliruan mereka dalam memenuhi kesepakatan, akan tetapi mampu berbuat kembali dalam kesepakatan berikutnya sehingga sampai kepada upaya belajar memenuhi kesepakatan tersebut. Apabila siswa berbuat seperti itu, maka tidak akan berkepanjangan dalam kesunyian, mereka meningkat dalam kematangannya, harag diri, cinta, dan kemantapan identitas.
Terdapat perbedaan antara terapi realitas dari glasser dengan terapi carl rogers. Carl rogers menganggap bahwa factor ketegangan perasaan harus di redakan terlebih dahulu sebelum pemecahan masalah di temukan dan di lakukan. Akan tetapi glasser bahwa pearsaaan itu hasil perilaku; perilaku yang baik menghasilkan pearsaan yang baik. Perasaan tidak dapat di perbaiki secara langsung, dan hanya dapat di perbaiki melalui perbaikan-perbaikan perilaku.  

C.      MODEL MENGAJAR PERTEMUAN KELAS
   Model Pertemuan Kelas mencangkup enam tahap kegiatan yaitu: (1) mementapkan iklim yang mengandung keterlibatan; (2) menyajikan masalah untuk didiskusikan; (3) mengembangkan pertimbangan nilai pribadi; (4) mengindentifikasikan alternatif tindakan; (5) merumuskan kesepakatan;  dan (6) tindak lanjut. Penekananan tahapan ini tidak terletak pada lamanya tapi terletak pada gaya pemecahan masalah. Secara sistematik tahapan model Pertemuan Kelas dapat dibagi 6 tahap sebagai berikut:

1.      Tahap- tahap Model
Tahap pertama, menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan merupakan syarat dalam strategi pertemuan kelas. Iklim  tersebut merupakan situasi yang dapat menembus semua hubungan di dalam kelas. Iklim yang mengundang keterlibatan merupakan iklim yang hangat, bersifat pribadi, memperdulikan masalah hubungan.
Tahap kedua, penyajian masalah diskusi bisa dilakukan oleh guru maupun siswa. Penyajian masalah ini bias dalam bentuk mempertentangkan situasi atau pertanyan sederhana . Setelah masalah itu diberikan, siswa harus mengidentifikasikan: (a) Konsekuensijika situasi berlangsung terus, dan (b) norma sosial yang mengendalikan situasi.
Tahap ketiga, bertujuan agar siswa membuat pertimbangan pribadi terhadap prilaku mereka sendiri. Untuk dapat melakukan tindakan ini, mereka harus mengindentifikasikan nilai- nilai yang ada dibalik perilaku mereka dan apa yang diidentifikasikan itu merupakan norma sosial; dan selanjutnya mengaraah kepada pemilihan antara perilaku dan nilai- nilai yang ditemukan.
Tahap keempat, siswa dapat menidentifikasikan alternatif perilaku.
Tahap kelima, yaitu merumuskan kesepakatan bersama untuk melaksanakan perilaku terpilih.
Tahap keenam, guru meminta siswa menilai efektivitas perilaku baru dan memperkuatnya bagi tindakan mendatang.

2.      Sitem Sosial
Model Pertemuan Kelas merupakan model yang berstruktur moderat. Kepemimpinan, dalam arti tanggungjawab untuk mengarhkan interaksi terletak pada guru. Akan tetpi dalam tahapan tertentu guru juga mendorong siswa untuk berinusiatif.

3.      Prinsip Reaksi
Perilaku guru di dalam pertemuan kelas dipandu oleh tiga tahap, yaitu:
Prinsip Keterlibatan, dalam hal mana guru mengembangkan hubungan yang hangat, pribadi, menarik dan sensitive.
Prisip tidak judgamental,dan mendorong siswa untuk mengambil tanggung jawab mengdiagnosis perilakunya sendiri dan menolak perilakunya sendiri dan menolak perilaku yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Keterlibatan Kelompok, secara keseluruhan mengidentifikasikan, memilih, mentaati, alternatif perilaku.

4.      Sistem Pendukung
Pendukung optimal bagi strategi pertemuan kelas ialah guru yang memiliki kehangatan pribadi dan di dalam melakukan hubungan antar pribadi. Guru mampu menciptakan iklim terbuka dan tidak difensif dan mengendalikan kelompok untuk menilai perilaku, mengambil kesepakatan dan melakukan tindak lanjut untuk menilai efektifitas perilaku baru.

D.     APLIKASI
   Pertemuan dapat berlangsung dalam kegiatan sehari- hari . Umumnya pertemuan ini merupakan situasi informal dimana guru dan siswa duduk melingkar sehingga satu sama lain mudah berkomunikasi. Topik bias meminculkan dalam kaitannya dengan rencana kegiatan harian, menyaring peristiwa yang terjadi diluar sekolah pada hari- hari sebelumnya, atau mungkin mereflesikan  peristiwa yang terjadi di lingkungan.  Pertemuan kelas bias juga menjadi tempat yang memberikan kesempatan ambil bagian dalam kelompok untuk membicarakan kegiatan, gagasan baru, atau peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan seseorang. Keterlibatan kelompok ditunjukan dengan sikap mendengarkan dan bertanya mengenai hal yang dibicarakan.Dengan cara demikian siswa tahu bahwa dirinya memperoleh kesempatan untuk berperan serta. Suasa yang tercipta bukanlah suasana persaingan akademis,melainkan suasana yang penuh perhatian, orang yang terbuka dan jujur, dan mampu bekerja sama dalam memecahkan masalah.  Dalam pertemuan kelas, siswa memperkuat norma- norma dirinya atau mempertentengkannya jika saran yang diterimanya tidak realistik atau berbeda dengan perasaan dan pendapatnya. Pertemuan kelas memiliki suasana perasaan yang sangat lentur sehangga memungkinkan kelompok mengkomonikasikan perasaan dan keragamannya secara jujur tanpa disertai celaan dan kritik.  

E.      DAMPAK INTRUKSIONAL DAN PENYERTA
Model pertemuan kelas secara khusus dirancang untuk membantu individu memahami dirinya dan tanggungjawab atas perkembangan diri sendiri. Model ini dimaksudkan untuk membantu individu memfungsikan pribadinya. Glesser sendiri dengan model ini, lebih peduli dengan perkembangan siswa untuk lebih mampu bertanggung jawab, terintegrasi, bersikap tanggap, mampu mengendalikan dan memoitor pertumbuhannya sndiri.

F.       DISKUSI
Model mengajar ini bernama model pertemuan kelas : kesehatan mental melalui proses kelompok. Model pertemuan kelas berasal dari teori psikoterapi yang dikembangkan oelh William Glasser  yaitu  terapi realitas (reality teraphy).
Banyak ahli yang berpendapat, misalnya Albert Ellis, Thomas A. Harris, Brammer, yang memandang bahwa dalam proses psikoterapi terjadi proses mengajar. William Glasser nampak berpandangan seperti itu juga. Pandangan Glasser  tentang hal tersebut diungkapkan oleh Corey (1977, h. 157) bahwa terapi realitas merupakan suatu system yang memusatkan perhatiannya pada prilaku masa kini, dan terapis berfungsi sebagai guru dan model yang mempertentangkan klien dengan menggunakan cara-cara yang dapat membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa merugikan dirinya dan orang lain.
Menurut istilah sikun pribadi kondisi pisiko-higieni merupakan salah satu aspek tujan umum pendidikan. Apabila proses belajar dipandang sebagai suatu strategi fundamental untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, maka proses dan kegiatan mengajar harus memperhatikan prinsif-prinsif esehatan mental. Ini berarti bahwa mengajar mempunyai fungsi terapeutik (penyembuhan), perfentif (pencegahan), dan presertatif (memelihara), dan tidak semata-mata berfuungsi informative. Model pertemuan kelas merupakn model yang peduli terhadap fungsi-fungsi tersebut. Ini terbukti dari apa yang diungkapkan Joyce dan Weil (1980, h. 216) bahwa model mengajar ini pada dasarnya merupakan model nurturnt (memelihara), yakni memelihara kondisi kesehatan mental siswa yang aka mendorong tumbuhannya perkembangan akademis.
Didalam model pertemuan kelas guru memegang peranan penting sekalipun inisiatif siswa ditonjolkan dan mendapat tempat yang khusus. Didalam model ini kiranya sikap dan prerlakuan guru terhadap siswa merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam kondisi seperti ini guru harus mampu memperlebar pola respon dengan menghindarkan sikap judgemental terhadap  gagasan-gagasan siswa. Dengan kata lain guru harus dapat melakukan pacing (Richardson dan Margulis, 1081) atau mampu mengembangkan keterrampilan hubungan dan transaksi antar pribadi.
Model pertemuan kelas lebih menekankan kepada penciptaan dan pengembangan kondisi nurturant yang akan mendasari perkembangan akademis. Prinsif tersebut mengandung implikasi bahwa dalam proses mengajar dengan menggunakan model mengajar apapun, kondisi nurturant merupakan hal yang perlu ada. Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan guru-siswa memberikan hal positif terhadap kesehatan mental siswa maupun terhadap perkembangan akademisnya.  (Harvey dalam Morrison dan McIntire, 1973, Dorothy Roger, 1957, Naylor, 1972, Sunaryo, 1983)
Secara lebih terperinci Gordon dan Burch (1974, h.24) mengemukakan aspek-aspek yang perlu dikembangkan didalam situsai hubungan guru-sisawa ataupun siswa-siswa untuk mencapai kondisi mental sehat. Aspek-aspek itu aialah:
1.      Keterbukaan, yaitu keadaan yang memungkinkan siswa bersikap terus terang dan jujur terhadap yang lainnya
2.      Sikap memelihara, yaitu sikap saling menghargai satu sama lain
3.      rasa saling bergantung
4.      separateness, yang memungkinkan setiap pribadi mengembangkan keunikan, kreativitas dan individualitasnya
5.      saling memenihi kebutuhan, yang mengembangkan kesadaran bahwa tidak ada kebutuhan yang terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan orang lain.
Sisi lain dari model pertemuan kelas yang juga merupakan dimensi kesehatan mental, ialah kemampuan mengambil keesepakatan dan memenuhinya. Sikap toleran, saling menghargai, disiplin dan tanggung jawab merupakan dimensi-dimensi yang dapat tumbuh dan berkembang melalui model pertemuan kelas. Iini sejalan dengan apa yang diungkapkan dengan Corey (1977, h. 157) bahwa inti realitas, sebagai dasar model ini, adalah membantu individu untuk menerima tanggung jawab pribadi sebagi kondisi mencapai mental yang sehat. Lebih tegas lagi Glasser (Harris, 1969, h. 235) mengugnkapkan bahwa masalah manusia yang mendasar ialah masalah moral dalam arti rasa tanggung jawab sebagai syarat untuk mencapai suatu kondisi yang sehat. Tanggung jawab itu sendiri merupakan dimensi tujuan umum pendidikan tersebut. (Sikun Pribadi, 1971).




BAB III
PENUTUP

A.     kesimpulan
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis and tidak memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatar pribadinya.
Model Pertemuan Kelas mencangkup enam tahap kegiatan yaitu: (1) mementapkan iklim yang mengandung keterlibatan; (2) menyajikan masalah untuk didiskusikan; (3) mengembangkan pertimbangan nilai pribadi; (4) mengindentifikasikan alternatif tindakan; (5) merumuskan kesepakatan;  dan (6) tindak lanjut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar