BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi
realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian
besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis dan tidak
memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat
bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatr pribadinya.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh
tentang bagaimana model-model pertemuan kelas yang meliputi: skenario,
orientasi terhadap model, model mengajar pertemuan kelas, aplikasi, dampak
intruksional dan penyerta, diskusi.
B.
Rumusan masalah
a.
Bagaimana
Skenario pengajarannya ?
b.
Bagaimana
orientasi terhadap model pembelajarannya ?
c.
Bagaimana
model mengajar pertemuan kelasnya ?
d.
Bagaimana
aplikasiya ?
e.
Apa
dampak intruksional dan penyerta ?
f.
Bagaimana
cara diskusi yang baik dan benar ?
C.
Tujuan makalah
Mahasiswa mengetahui Skenario pembelajaran dengan baik secara orientasi terhadap model
pembelajaran dan model mengajar pertemuan kelas agar mahasiswa dapat mengaplikasikan model-model pertemuan kelas tersebut.
Adapun dampak dari pengajaran intruksional tersebut dapat membantu para
penyerta nya untuk menggunakan metode diskusi yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
Sekelompok guru di suatu sekolah menaruh perahtiannya
terhadap masalah hubungan antara siswa yang usianya masih muda dengan siswa
yang usianya lebih tua jelasnya antara siswa yang masih duduk di kelas rendah
dengan siswa yang duduk di kelas lebih tinggi.
Beberapa rencana kegiatan yang akan di lakukan dilaboratorium
dikembangkan sedemikian rupa, dan parasiswa diatur untuk melakukan kegiatan
dalam berbagai bidang studi.
Tim pengajar tersebut secara teratur mengadakan pertemuan
dengan kelompok dalam bentuk pertemuan kelas.Dalam kesempatan ini siswa
menyatakan masalahnya, mendiskusikannya, mengidentifikasikan nilai-nilai yang
terlibat didalamnya, dan merumuskan kesepakatan untuk mencoba melakukan
berbagai tindakan berikutnya.
B. ORIENTASI TERHADAP MODEL
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi
realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian
besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis and tidak
memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat
bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatr pribadinya.
Galsser menerapkan prinsi ini di dalam kelas melalui meknisme
pertemuan kelas dalam halmana terjadinya diskusi yang terbuka, tidak
judgemental, dan berupa mencari pemecahan masalah secara bersama.
1. Tujuan dan asumsi
Asumsi
pertama dari teori glasser ilah bahwa manusia memiliki dua kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan cinta dan harga diri, dan kedua kebutuhan ini berakar di dalam
hubungan manusia itu sendiri dengan manusia lainnya.
Galssera
yakin bahwa sejak manusia itu lahir sampai dewasa memiliki kebutuhan untuk
mencintai dan di cintai. Seluruh kehidupan,
kesehatan dan kebahagiaan individu beragntung kepada kemampuannya untuk
berbuat.
Menurut
glasser, kegagalan sekolah bukanlah dalama rtipeampilan akademis tetapi dalam
menciptakan hubungan yang hangat da konstruktif untuk keberhasilan belajar.
Situasi agagl ini menimbulkan kesunyian diri yang akan diikuti oleh reaksi
marah, frustasi dan menarik diri.
Perasaan
mencintai dan di cintai aakn menumbuhkan perasaan keberadaan yang berharga pada
diri individu. Lebih jauh diungkapkan oleh glasser bahwa untuk mencapai
perasaan diri berharga, kita harus memelihara kepuasan berperilaku menurut ukuran
tertentu.
Jika kita
tidak pernah menilai perilaku kita sendir, kita tidak akan pernah berbua tuntuk
memperbaiki perilaku kita yang di bawah patokan, dan dengan sendirinya kita
tidak akan dapat memenuhi kebutuhan untuk merasa berharga. Glasser yakin bahwa
sesuatu hal yang tidak mungkin mewujudkan identitas tanpa memenuhi kebutuhan
akan cinta dan harga diri.
Asumsi kedua
dari terapi relitas di refleksikan di dalam kesepakatan berbuat dan mengubah
perilaku. Terapi relitas mengajarkan cara-cara yang lebih baik kepada klien
tentang cara pemenuhan kebutuhan pada saat ini dan masa mendatang.
Dia memandang
perlua danya peningkatan kemampuan dan pemuasan kebutuhan dasar individu dengan
jalan memabntu individu berbuat:
1. relistik
2. dapat di pertanggungjawabkan
3. dan benar(noramtif)
Tujuan terapi
realitas adalah kecakapan memenuhi kesepakatan mengubah perilaku untuk memenuhi
kebutuhan emosional akan harag diri, cinta dan identitas.
Kita
meningkatkan harga diri melalui disiplin dan keterikatan denagn orang lain
dalam pola hubungan cinta.
2. Konsep pokok
Tiga syarat
umum terapi realitas ialah:
1. adanya keterlibatan pribadi yang
intensif
2. menghadapi kenyataan dan menolak
perilaku yang tidak dapat di
pertanggungjawabkan.
3. belajar cara-cara yang lebih baik
untuk berperilaku.
Kualitas
realitas merupakan suatu tolak ukur penting di dalam menentukan patokan
perilaku. Suatu tindakan di katakan realistic atau tidak, dilihat dari segi
pertimbangan perbedaan dan konsekwensi yang muncul dari tindakan tersebut.
Penilaian perilaku individu dikaitkan
dengan konsekwensinya baik terhadap cirinya maupun orang lain. Tanggungjawab
merupakan indicator perilaku yang mampu memenuhi kebutuahan akan harga diri.
Bertanggung jawab diartikan noleh glasser sebagai kecakapan untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, dan berbuat sesuatu di dalam cara-cara yang tidak merampas kecakapan
oranag lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Glasser
mengangap bahwa individu itu harus berbuat di dalam cara yang benar agar
memperoleh harga diri.
Keterlibatan,
kuncikeberhasialan didalam terapi realitas ialah ketertiban, kasih sayang orang
tua, atau keterlibatan pribadi guru. Menurut glasser titik awal keberhasilan di
sekoah ialah menerima kekurangan anak, menciptakan hubungan baik dengan orang
lain, baik dengan anak mupun dengan
orang tua. Dalam keadaan terisolasi, anak tidak dapat mengembangkan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan menemukan identitas dirinya. Strategi
mengajar yang di dasarkan kepada erapi realitas bertujuan mengurangi kesunyian
atau keterisolasian.
3. Pertemuankelas
Pertemaun
kelas merupakan mekanisme glasser untuk mengembangkan kelompok yang dapat
menumbuhkan suasana memelihara, disiplin diri sendiri, dan kesepakatan
berperilaku. Dalam pertemuan ini terjadi kerjasama antara siswa dan guru yang
bersifat terbuka, mendiskusikan masalah-masalah perialku, pribadi maupun
akademik tanpa di sertai sikap judgemental. Glasser mambedakan tiga tipe
pertemuan.
Tipe pertama
ialah: pertemuan pemecahan masalah social yang fokusnya terarah kepada masalah.
Tipe kedua
ialah: pertemuan terbuka. Dalam pertemuan ini siswa memikirkan dan mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan
kehidupan mereka.
Tipe ketiga
ialah: pertemuan terarah terbuka yaitu pertemuan yang bersifat terbuka seperti
tipe kedua, tetapi terarah kepada apa yang sedang di pelajari di kelas.
Bagaimana
strategi pertemuan keals ini bertujuan meredakan kesunyian dan mendorong
berkembangnya identitas, di jelaskan oleh glasser bahwa:
Para siswa
memerlukan guru yang dapat mendorong mereka mengemabangkan peertimbangan niali
terhadap perilakunya dan bukan guru yang berkhotbah atau mendikte dirinya. Para
siswa menghendaki guru yang tidak akan memaafkan kekeliruan mereka dalam
memenuhi kesepakatan, akan tetapi mampu berbuat kembali dalam kesepakatan berikutnya
sehingga sampai kepada upaya belajar memenuhi kesepakatan tersebut. Apabila
siswa berbuat seperti itu, maka tidak akan berkepanjangan dalam kesunyian,
mereka meningkat dalam kematangannya, harag diri, cinta, dan kemantapan
identitas.
Terdapat perbedaan
antara terapi realitas dari glasser dengan terapi carl rogers. Carl rogers
menganggap bahwa factor ketegangan perasaan harus di redakan terlebih dahulu
sebelum pemecahan masalah di temukan dan di lakukan. Akan tetapi glasser bahwa
pearsaaan itu hasil perilaku; perilaku yang baik menghasilkan pearsaan yang
baik. Perasaan tidak dapat di perbaiki secara langsung, dan hanya dapat di
perbaiki melalui perbaikan-perbaikan perilaku.
C. MODEL MENGAJAR PERTEMUAN KELAS
Model Pertemuan Kelas
mencangkup enam tahap kegiatan yaitu: (1) mementapkan iklim yang mengandung
keterlibatan; (2) menyajikan masalah untuk didiskusikan; (3) mengembangkan
pertimbangan nilai pribadi; (4) mengindentifikasikan alternatif tindakan; (5)
merumuskan kesepakatan; dan (6) tindak
lanjut. Penekananan tahapan ini tidak terletak pada lamanya tapi terletak pada
gaya pemecahan masalah. Secara sistematik tahapan model Pertemuan Kelas dapat
dibagi 6 tahap sebagai berikut:
1. Tahap- tahap Model
Tahap
pertama, menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan merupakan syarat dalam
strategi pertemuan kelas. Iklim tersebut
merupakan situasi yang dapat menembus semua hubungan di dalam kelas. Iklim yang
mengundang keterlibatan merupakan iklim yang hangat, bersifat pribadi,
memperdulikan masalah hubungan.
Tahap kedua,
penyajian masalah diskusi bisa dilakukan oleh guru maupun siswa. Penyajian
masalah ini bias dalam bentuk mempertentangkan situasi atau pertanyan sederhana
. Setelah masalah itu diberikan, siswa harus mengidentifikasikan: (a)
Konsekuensijika situasi berlangsung terus, dan (b) norma sosial yang
mengendalikan situasi.
Tahap ketiga,
bertujuan agar siswa membuat pertimbangan pribadi terhadap prilaku mereka
sendiri. Untuk dapat melakukan tindakan ini, mereka harus mengindentifikasikan
nilai- nilai yang ada dibalik perilaku mereka dan apa yang diidentifikasikan
itu merupakan norma sosial; dan selanjutnya mengaraah kepada pemilihan antara
perilaku dan nilai- nilai yang ditemukan.
Tahap keempat,
siswa dapat menidentifikasikan alternatif perilaku.
Tahap kelima,
yaitu merumuskan kesepakatan bersama untuk melaksanakan perilaku terpilih.
Tahap keenam,
guru meminta siswa menilai efektivitas perilaku baru dan memperkuatnya bagi
tindakan mendatang.
2. Sitem Sosial
Model
Pertemuan Kelas merupakan model yang berstruktur moderat. Kepemimpinan, dalam
arti tanggungjawab untuk mengarhkan interaksi terletak pada guru. Akan tetpi
dalam tahapan tertentu guru juga mendorong siswa untuk berinusiatif.
3. Prinsip Reaksi
Perilaku guru di dalam pertemuan kelas dipandu oleh tiga
tahap, yaitu:
Prinsip
Keterlibatan, dalam hal mana guru mengembangkan hubungan yang hangat, pribadi,
menarik dan sensitive.
Prisip tidak
judgamental,dan mendorong siswa untuk mengambil tanggung jawab mengdiagnosis
perilakunya sendiri dan menolak perilakunya sendiri dan menolak perilaku yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Keterlibatan
Kelompok, secara keseluruhan mengidentifikasikan, memilih, mentaati, alternatif
perilaku.
4. Sistem Pendukung
Pendukung
optimal bagi strategi pertemuan kelas ialah guru yang memiliki kehangatan
pribadi dan di dalam melakukan hubungan antar pribadi. Guru mampu menciptakan
iklim terbuka dan tidak difensif dan mengendalikan kelompok untuk menilai
perilaku, mengambil kesepakatan dan melakukan tindak lanjut untuk menilai efektifitas
perilaku baru.
D. APLIKASI
Pertemuan dapat
berlangsung dalam kegiatan sehari- hari . Umumnya pertemuan ini merupakan
situasi informal dimana guru dan siswa duduk melingkar sehingga satu sama lain
mudah berkomunikasi. Topik bias meminculkan dalam kaitannya dengan rencana
kegiatan harian, menyaring peristiwa yang terjadi diluar sekolah pada hari-
hari sebelumnya, atau mungkin mereflesikan
peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Pertemuan kelas bias juga menjadi tempat yang memberikan kesempatan
ambil bagian dalam kelompok untuk membicarakan kegiatan, gagasan baru, atau
peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan seseorang. Keterlibatan kelompok
ditunjukan dengan sikap mendengarkan dan bertanya mengenai hal yang
dibicarakan.Dengan cara demikian siswa tahu bahwa dirinya memperoleh kesempatan
untuk berperan serta. Suasa yang tercipta bukanlah suasana persaingan
akademis,melainkan suasana yang penuh perhatian, orang yang terbuka dan jujur,
dan mampu bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dalam pertemuan kelas, siswa memperkuat
norma- norma dirinya atau mempertentengkannya jika saran yang diterimanya tidak
realistik atau berbeda dengan perasaan dan pendapatnya. Pertemuan kelas
memiliki suasana perasaan yang sangat lentur sehangga memungkinkan kelompok
mengkomonikasikan perasaan dan keragamannya secara jujur tanpa disertai celaan
dan kritik.
E. DAMPAK INTRUKSIONAL DAN PENYERTA
Model pertemuan kelas secara khusus dirancang untuk membantu
individu memahami dirinya dan tanggungjawab atas perkembangan diri sendiri.
Model ini dimaksudkan untuk membantu individu memfungsikan pribadinya. Glesser
sendiri dengan model ini, lebih peduli dengan perkembangan siswa untuk lebih
mampu bertanggung jawab, terintegrasi, bersikap tanggap, mampu mengendalikan
dan memoitor pertumbuhannya sndiri.
F. DISKUSI
Model mengajar ini bernama model pertemuan kelas : kesehatan
mental melalui proses kelompok. Model pertemuan kelas berasal dari teori
psikoterapi yang dikembangkan oelh William Glasser yaitu
terapi realitas (reality teraphy).
Banyak ahli yang berpendapat, misalnya Albert Ellis, Thomas
A. Harris, Brammer, yang memandang bahwa dalam proses psikoterapi terjadi
proses mengajar. William Glasser nampak berpandangan seperti itu juga.
Pandangan Glasser tentang hal tersebut
diungkapkan oleh Corey (1977, h. 157) bahwa terapi realitas merupakan suatu
system yang memusatkan perhatiannya pada prilaku masa kini, dan terapis
berfungsi sebagai guru dan model yang mempertentangkan klien dengan menggunakan
cara-cara yang dapat membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan
dasarnya tanpa merugikan dirinya dan orang lain.
Menurut istilah sikun pribadi kondisi pisiko-higieni
merupakan salah satu aspek tujan umum pendidikan. Apabila proses belajar
dipandang sebagai suatu strategi fundamental untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan, maka proses dan kegiatan mengajar harus memperhatikan
prinsif-prinsif esehatan mental. Ini berarti bahwa mengajar mempunyai fungsi
terapeutik (penyembuhan), perfentif (pencegahan), dan presertatif (memelihara),
dan tidak semata-mata berfuungsi informative. Model pertemuan kelas merupakn
model yang peduli terhadap fungsi-fungsi tersebut. Ini terbukti dari apa yang
diungkapkan Joyce dan Weil (1980, h. 216) bahwa model mengajar ini pada
dasarnya merupakan model nurturnt (memelihara), yakni memelihara kondisi
kesehatan mental siswa yang aka mendorong tumbuhannya perkembangan akademis.
Didalam model pertemuan kelas guru memegang peranan penting
sekalipun inisiatif siswa ditonjolkan dan mendapat tempat yang khusus. Didalam
model ini kiranya sikap dan prerlakuan guru terhadap siswa merupakan kunci
keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam kondisi seperti ini guru harus
mampu memperlebar pola respon dengan menghindarkan sikap judgemental terhadap gagasan-gagasan siswa. Dengan kata lain guru
harus dapat melakukan pacing (Richardson dan Margulis, 1081) atau mampu
mengembangkan keterrampilan hubungan dan transaksi antar pribadi.
Model pertemuan kelas lebih menekankan kepada penciptaan dan
pengembangan kondisi nurturant yang akan mendasari perkembangan akademis.
Prinsif tersebut mengandung implikasi bahwa dalam proses mengajar dengan
menggunakan model mengajar apapun, kondisi nurturant merupakan hal yang perlu
ada. Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan guru-siswa memberikan hal
positif terhadap kesehatan mental siswa maupun terhadap perkembangan
akademisnya. (Harvey dalam Morrison dan
McIntire, 1973, Dorothy Roger, 1957, Naylor, 1972, Sunaryo, 1983)
Secara lebih terperinci Gordon dan Burch (1974, h.24)
mengemukakan aspek-aspek yang perlu dikembangkan didalam situsai hubungan
guru-sisawa ataupun siswa-siswa untuk mencapai kondisi mental sehat.
Aspek-aspek itu aialah:
1. Keterbukaan, yaitu keadaan yang
memungkinkan siswa bersikap terus terang dan jujur terhadap yang lainnya
2. Sikap memelihara, yaitu sikap saling
menghargai satu sama lain
3. rasa saling bergantung
4. separateness, yang memungkinkan
setiap pribadi mengembangkan keunikan, kreativitas dan individualitasnya
5. saling memenihi kebutuhan, yang
mengembangkan kesadaran bahwa tidak ada kebutuhan yang terpenuhi dengan
mengorbankan kebutuhan orang lain.
Sisi lain dari model pertemuan kelas yang juga merupakan
dimensi kesehatan mental, ialah kemampuan mengambil keesepakatan dan
memenuhinya. Sikap toleran, saling menghargai, disiplin dan tanggung jawab
merupakan dimensi-dimensi yang dapat tumbuh dan berkembang melalui model
pertemuan kelas. Iini sejalan dengan apa yang diungkapkan dengan Corey (1977,
h. 157) bahwa inti realitas, sebagai dasar model ini, adalah membantu individu
untuk menerima tanggung jawab pribadi sebagi kondisi mencapai mental yang
sehat. Lebih tegas lagi Glasser (Harris, 1969, h. 235) mengugnkapkan bahwa
masalah manusia yang mendasar ialah masalah moral dalam arti rasa tanggung
jawab sebagai syarat untuk mencapai suatu kondisi yang sehat. Tanggung jawab
itu sendiri merupakan dimensi tujuan umum pendidikan tersebut. (Sikun Pribadi,
1971).
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi
realitas (relity therapy), dari wiliam glasser. Glasser yakin bahwa sebagian
besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis and tidak
memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat
bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan anatar pribadinya.
Model Pertemuan Kelas
mencangkup enam tahap kegiatan yaitu: (1) mementapkan iklim yang mengandung
keterlibatan; (2) menyajikan masalah untuk didiskusikan; (3) mengembangkan
pertimbangan nilai pribadi; (4) mengindentifikasikan alternatif tindakan; (5)
merumuskan kesepakatan; dan (6) tindak
lanjut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar